Pelabuhan Ratu
merupakan daerah pesisir di Selatan Kabupaten Sukabumi dan sekaligus menjadi
ibukota Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Pelabuhan Ratu
terkenal dengan penghasil utama perikanan laut di Kabupaten Sukabumi. Wilayah
Kabupaten Sukabumi di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Lebak sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
Kabupaten
Sukabumi mempunyai luas sekitar 3.934,47 km2. Topografi daerah
perairan dengan kedalaman sekitar 200m, pada jarak sekitar 300 m dari garis
pantai, di luar itu kedalaman sekitar 600 m. Sumber : IPB 2010
Eksistensi Sungai
Teluk Pelabuhan ratu
merupakan teluk terbesar di pantai Selatan Pulau jawa yang berhadapan langsung
dengan Samudra Hindia. Secara Geografis, Teluk Pelabuhan Ratu terletak pada
posisi 6o 57’ sampai 7o 07’ LS dan 106o 22’
sampai 106o 33’ BT dengan panjang garis pantai 105 km. perairan
Teluk Pelabuhan Ratu merupakan tempat bermuaranya empat sungai, yakni Sungai
Cimandiri, Sungai Cibareno, Sungai Cilentuk dan Sungai Cikanteh. Dan diantara
sungai sungai tersebut yang mempunyai kegiatan banyak adalah Sungai Cimandiri. Daerah
aliran sungai (DAS) Cimandiri adalah salah satu DAS yang mengalir dari hulu
kompleks pegunungan Gede-Pangrango pada bagian Timur laut dan Gunung salak pada
bagian utaranya, mengalir menuju Teluk Pelabuhan ratu. DAS Cimandiri dicirikan
dengan kerapatan sungai-sungai dan anak sungai yang mengaliri daerah cukup
rapat dan besar. Sepanjang aliran sungai terdapat penggunaan lahan misalnya
pertanian lahan kering, sawah, perkebunan dan pemukiman, dampak tidak selalu
positif, bahkan menimbulkan permasalahan yang negative dalam arti kerusakan
sumberdaya tanah dan air. Ciri iklim di DAS Cimandiri digolongkan sebagai iklim
basah tipe Af. Curah hujan minimum umumnya terjadi pada musim timur (Juli s/d
Agustus). Sumber : Alfaris, FMIPA - UI
Karakteristik
Pasut
Pasang
Surut adalah proses naik-turunnya muka air laut diakibatkan oleh pengaruh
gravitasi benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Karena posisi bulan
dan matahari selalu berubah secara teratur, maka besarnya kisaran pasang-surut
juga berubah mengikuti perubahan posisi benda-benda angkasa tersebut.
Pasang-Surut mempengaruhi arus dan sirkulasi perairan, terutama diperairan semi
tertutup seperti selat dan teluk. Pengetahuan tentang tipe pasang surut
diperlukan untuk kegiatan pengembangan pantai maupun pengelolaan lingkungannya.
Untuk mengetahui tipe pasang-surut diperairan Teluk Pelabuhan Ratu digunakan
data pasang surut pelabuhan perikanan yang tercatat oleh stasiun pasang surut
Bakosurtanal, yang memperlihatkan bahwa pasang – surut diperairan pesisir
Pelabuhan Ratu bertipe campuran dengan unsur ganda lebih menonjol dengan
bilangan E = 0,25. Hal ini menunjukkan bahwa perairan pesisir Pelabuhan Ratu
pada umumnya mengalami dua kali pasang dan dua kali surut setiap harinya dengan
ketinggian yang berbeda. Dari hasil pengamatan pasang surut yang dilakukan oleh
Geologi Kelautan, kedudukan air terendah adalah 90 cm dan kedudukan air
tertinggi mencapai 249 cm dengan tunggangan airnya adalah 159 cm (BLH Kabupaten
Sukabumi, 2003).
Kedalaman
Dengan
batas 250 meter kearah laut, kedalaman wilayah pesisir Pelabuhan Ratu rata-rata
berkisar antara 0 – 50 meter, pada kedalaman 10 meter di capai pada jarak 50 –
100 meter, kedalaman 25 meter dicapai pada jarak 100 – 150 meter dari garis
pantai ke arah laut (BLH Kabupaten Sukabumi, 2003). Pada saat melakukan survey
di wilayah Cisolok dan Pelabuhan Ratu, data kedalaman yang di ukur berkisar
antara ± 10 – 50 meter pada jarak 70 – 500 meter dari garis pantai. Sedangkan
di wilayah Ciemas kedalaman ± 10 – 50 meter pada jarak 5 – 250 meter dari garis
pantai. Jarak ini sudah memadai untuk
dilakukannya penempatan instalasi budidaya sistem keramba jaring apung. Hal ini
berdasarkan pada pendapat Mayunar et
al., (1995) bahwa perairan tempat keramba jaring apung sebaiknya
bertopografi landai dengan kedalaman 6 – 8 m dan 7 – 15 m dari surut terendah
(Sunaryanto et al., 2001) serta 1 m jarak dari keramba kedasar perairan
(Sunyoto, 1993). Berikut akan disajikan peta mengenai kontur batimetri dari
Teluk Pelabuhan Ratu.
Gelombang
Dari hasil
pengamatan yang dilakukan di dapatkan data tinggi gelombang berkisar antara 15
– 65 cm pada jarak 70 – 500 meter dari garis pantai , selanjutnya untuk
rata-rata tinggi gelombang di perairan Teluk Pelabuhan Ratu dapat dilihat pada
Lampiran 1. Tidak demikian halnya yang terukur pada daerah pecah gelombang
seperti pada daerah karanghawu yang bisa mencapai 100 - 200 cm. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Irawan, 1992; Pariwono etal., 1996 menampilkan
data tinggi gelombang Teluk Pelabuhan Ratu pada musim Barat rata-rata berkisar
antara 70 – 150 m. Dengan demikian perairan Teluk Pelabuhan Ratu masih memiliki
kondisi gelombang yang cukup aman bagi penempatan instalasi keramba dan
kegiatan budidaya baik itu di musim Timur maupun di musim Barat.
Adapun karakteristik
Lingkungan Pelabuah Ratu:
1. Kecepatan
arus 0,75 m/detik
2. Tinggi dan
periode gelombang 141,61 cm dengan periode 5,46 detik
3. Warna < 5
unit
4. Temperatur
22,2 -22,7 oC
5. Salinitas
29,34 0/00
6. pH 7,6
7. BOD5 12,65 mg/l
8. COD 24,60
mg/l
9. Amonia 0,21
mg/l
10. TSS 13,20 –
13,48 mg/l
11. Turbidity
0,15 – 0,42 NTU
Leia Mais…